Yalimo – Militer Post | Pusat Penerangan Tentara Nasional Indonesia (Puspen TNI), melalui press release resminya, Kamis (18/9/2025), kepada Militer Post menyebutkan, bahwa telah terjadi kerusuhan pada tanggal 16 September 2025 di Kampung Elelim, Kabupaten Yalimo, Papua Pegunungan. Kata Puspen TNI, kerusuhan itu disebabkan oleh isu SARA.
Untuk diketahui, SARA (Suku, Agama, Ras dan Antargolongan), adalah merujuk pada isu-isu sensitif yang berkaitan dengan perbedaan identitas dan dapat menjadi pemicu konflik sosial, diskriminasi, atau tindakan kekerasan di masyarakat yang majemuk seperti Indonesia. Istilah ini digunakan untuk menggambarkan berbagai tindakan atau pandangan yang didasari sentimen negatif terhadap suatu kelompok berdasarkan perbedaan suku, agama, ras, atau golongan.
Lebih lanjut Puspen TNI menerangkan, dalam insiden mencekam tersebut, enam prajurit TNI bergerak cepat menyelamatkan sejumlah guru dan warga yang terkepung massa. Mereka harus menghadapi serangan panah beracun serta lemparan bom molotov, yang mengakibatkan beberapa orang mengalami luka bakar maupun luka karena panah.
“Meski berada dalam situasi penuh ancaman, para prajurit tetap menunjukkan profesionalisme. Alih-alih bertindak represif, mereka memilih mengutamakan keselamatan warga Papua yang sedang terjebak. Tindakan tersebut akhirnya membuka jalur evakuasi hingga seluruh guru dan warga berhasil diamankan,” ungkap Puspen TNI.
Dilapangan, Kepala Distrik Elelim, Lukas Kepno, menyampaikan apresiasinya terhadap tindakan prajurit TNI. Menurutnya, tanpa kehadiran aparat, jumlah korban bisa lebih banyak.
“Kami menyaksikan sendiri bagaimana prajurit menjaga kami di tengah situasi yang genting. Mereka tidak membalas serangan dengan kekerasan, justru melindungi guru dan warga agar tetap selamat. Itu adalah tindakan yang sangat manusiawi dan patut dihargai,” ujar Lukas Kepno, Rabu (17/9/2025).
Apresiasi serupa juga datang dari perwakilan guru SD Negeri Elelim, Maria Matuan. Ia mengaku benar-benar ketakutan saat massa mengepung. Panah-panah berterbangan, kaca jendela pecah karena molotov, dan dirinya tidak tahu harus bagaimana. Saat itu 6 prajurit TNI datang melindungi ia bersama warga lainnya.
“Mereka (TNI) berdiri di depan pintu, menenangkan kami, dan akhirnya membawa kami keluar dengan selamat. Kami merasa benar-benar dijaga,” ungkap Maria Matuan, dengan suara bergetar.
“Peristiwa di Elelim kembali menjadi pengingat bahwa isu SARA sangat mudah memicu konflik di Papua. Namun, sikap prajurit TNI yang tetap humanis dan profesional meski terkepung massa menunjukkan komitmen TNI untuk selalu hadir melindungi rakyat serta menjaga keutuhan bangsa,” tutup Puspen TNI. (Ahmad Rohanda/ Kolonel Laut (P) Agung Saptoadi)